Frysa wiriantari, dosen muda di kampus arsitektur, universitas dwijendra, denpasar, bali. beberapa tahun yang lalu, sempat menjadi arsitek muda di sanur sebelum diterima sebagai dosen di universitas tersebut.
Pintu masuk ke sebuah pekarangan disebut kori atau Kori Agung untuk tempat-tempat yang diagungkan, di beberapa tempat disebut Aring atau Angkul-angkul. Sesuai dengan fungsinya untuk pintu masuk atau keluar, maka disebut pula pemesuan dalam bentuknya yang sederhana atau pemedalan untuk perumahan dari penghuni yang berkasta brahmana atau ksatria.
Bentuk masa bangunan adalah pasangan masif dengan lubang masuk beratap. Atap kori bisa merupakan pasangan lanjutan dari bagian badan, dapat pula merupakan konstruksi rangka penutup atap serupa dengan atap bangunan rumah. Dalam bentuknya yang tradisional, lengkap dengan anak tangga, baik anak tangga naik maupun turun.
Dalam perkembangannya, dengan adanya sepeda motor keluar masuk kori, tangga-tangga dilengkapi dengan lintasan roda atau anak tangga dihilangkan. Lobang kori tingginya apanyujuh (tangan direntangkan ke atas) dan lebar kori apajengking (tangan bercekak pinggang). Dengan adanya lintasan kendaraan, lebar lobang kori disesuaikan dengan apa yang melintasinya.
Untuk selanjutnya ada lengkap di http://www.putumahendra.com/2008/08/17/kori/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar